Cara Yang Tepat Deteksi Dini Kanker Payudara

Ditulis oleh : Arief Bachtiar, S.Kep.,Ns, M.Kep

Tanggal : 2014-03-05


Klik disini untuk Versi Lengkap dalam bentuk PDF

Dalam tubuh terdapat berjuta-juta sel. Salah satunya, sel abnormal atau sel metaplasia, yaitu sel yang berubah, tetapi masih dalam batas normal. Namun jika sel ini dipengaruhi faktor lain maka akan menjjadi sel dysplasia, yaitu sel yang berubah menjadi tidak normal dan terbatas dalam lapisan epitel (lapisan yang menutupi permukaan terbuka dan membentuk kelenjar-kelenjar). Sel-sel dysplasia ini akan berkembang menjadi kanker karena berbagai faktor yang mempengaruhi dalam kurun waktu 10-15 tahun. Semua orang mempunyai sel ini.

Kanker payudara merupakan salah satu bentuk pertumbuhan sel atau jaringan secara “liar” dan tidak terkendali pada payudara. Di Indonesia, kanker payudara adalah kanker nomor dua terbanyak dari 10 tumor tersering yang sering terjadi  pada wanita setelah kanker mulut rahim.

Setiap wanita dengan usia lebih dari 20 tahun disarankan untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri tiap bulannya. Dan pada wanita pra-menopause sebaiknya melakukan pemeriksaan setelah hari ke-5 dan ke-7 sesudah siklus menstruasi (hari ke-10 dihitung dari awal siklus menstruasi), dimana jaringan payudara saat densitasnya (kepadatan jaringan) lebih rendah. Jika pemeriksaan ini dilakukan pada saat jaringan payudara masih padat, maka seolah-olah akan teraba benjolan dan hasil pemeriksaannya menjadi positif palsu. Pada pasien yang tergolong dalam risiko tinggi disarankan untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri saat pertengahan siklus menstruasi.

The American Cancer Society mengeluarkan beberapa rekomendasi, yang antara lain berupa pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dikerjakan oleh tenaga ahli minimal sekali dalam 3 tahun antara usia 20-39 tahun. Sesudah usia 40 tahun, pemeriksaan payudara sebaiknya dilakukan setiap tahunnya. Dokter dalam hal ini perlu memberikan instruksi kepada pasien wanita mengenai teknik pemeriksaan payudara sendiri dan menyarankan mereka untuk melaporkan hasilnya apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya massa atau kelainan yang lainnya.

Pemeriksaan payudara untuk memastikan bahwa payudara ibu masih normal. Pemeriksaan payudara juga membantu petugas kesehatan menemukan kondisi medis tertentu (seperti infeksi ataupun tumor) yang dapat menjadi serius jika tidak diobati. Banyak petugas kesehatan menyarankan agar ibu melakukan pemeriksaan payudara secara rutin sejak seorang ibu / klien mulai aktif secara seksual atau sejak usia 30-50 tahun.

Pemeriksaan payudara sendiri (SARARI) dapat dilakukan sendiri oleh ibu seetiap saat. Akan lebih baik apabila dilakukan juga pemeriksaan klinis untuk ibu / klien usia 20-30 tahun setiap 3 tahun satu kali dan yang di atas 40 tahun satu tahun satu kali, kecuali apabila ibu memiliki faktor resiko, pemeriksaan dilakukan 1 tahun sekali

Bila Anda mempunyai saudara yang sebelumnya adalah penderita kanker payudara atau kanker ovarium, terutama penderita yang belum mencapai usia 40 tahun, kami menyarankan Anda untuk melakukan screening pada usia 25 tahun.

Adanya pertumbuhan sel liar pada payudara hampir tanpa gejala. Tidak ada rasa sakit sama sekali pada awal pertumbuhannya. Namun jika sel-sel tersebut sudah cukup banyak jumlahnya dan mulai menyebar ke bagian tubuh lain yang lebih luas maka akan terlihat beberapa perubahan pada daerah di sekitar payudara. Berikut ini beberapa gejala kanker peyudara:

1.      Keluar darah atau cairan

2.      Pengeluaran rabas dari putting payudara, berdarah atau serosa

3.      Pembengkakan pada putting

4.      Terjadi perubahan bentuk dan pembengkakan pada bagian tertentu payudara

5.      Cekungan atau perubahan kulit payudara

6.      Ada benjolan padat, keras, tidak sakit, jika diekan tidak bergerak pada tempatnya, dan hanya teraba pada salah satu payudara atau sekitar ketiak

7.      Terdapat daerah hitam di sekitar payudara (areola) yang berkerut, berlipat atau bengkak

8.      Terabanya benjolan atau penebalan payudara, biasanya tidak nyeri

9.      Asimetri payudara

10.  Retraksi atau adanya skuama pada putting payudara

11.  Tanda-tanda stadium lanjut, yaitu nyeri, pembentukan ulkus, dan edema

Jika terdapat benjolan yang didiagnosis kanker maka harus diwaspadai. Segera lakukan tindakan penanganan sebelum menyebar lebih luas di organ tersebut atau organ sekitarnya.

A.  Pemeriksaan payudara sendiri (sadari)

1.      Buka baju Anda dan berdiri tegak di depan cermin dengan kedua lengan lurus ke bawah. Perhatikan ada-tidaknya perubahan ukuran dan bentuk dari payudara Anda, seperti lekukan atau kerutan dari kulit

2.      Angkat tangan Anda di atas kepala dan lihat ada-tidaknya perubahan ukuran atau bentuk dari payudara Anda.

3.      Pijat daerah sekitar putih, perhatikan ada yang berbeda atau tidak, seperti keluar cairan yang tidak normal

4.      Tekan payudara memutar searah jarum jam dengan bidang datar dari jari-jari anda yang dirapatkan. Dimulai dari posisi jam 12.00 pada tepi luar payudara, putar perlahan ke bagian dalam dan di akhiri pada bagian putting susu. Ketika menekan, periksa perlahan ada benjolan atau tidak

5.      Baringkan tubuh dengan punggung disangga bantal dan salah satu tangan di bagian kepala. Gunakan tangan yang bebas untuk merasakan seluruh permukaan payudara dengan menekan. Lakukan untuk payudara yang satunya.

B.       Mammografi

Pemeriksaan dengan mammografi, biasanya tidak dianjurkan untuk dilakukan pada usia kurang dari 35 tahun karena struktus jaringan payudara masih padat sehingga dengan alat tersebut masih sukar untuk mendeteksi bibit kanker ini. Sebagai penggantinya bisa digunakan pemeriksaan dengan USG. Rekomendasi dari American Cancer Society (ACS), American Colegge of Radiology (ACR), American Medical Association (AMA), National Cancer Institute (NCI), American College of Obstetrics and Gynecology (ACOG), dan U.S. Preventive Services Task Force (USPSTF) mengatakan bahwa wanita usia 40 tahun atau lebih dianjurkan mendapat skrining mamografi satu kali tiap tahunnya.

Tekanan pada payudara sewaktu pemeriksaan mammografi akan memberikan perasaan yang kurang menyenangkan pada kedua payudara, untuk itu lakukanlah pemeriksaan payudara setelah haid. Hal ini juga berguna untuk memastikan tidak keadaan hamil.

C.      Ultrasonografi (USG)

Merupakan salah satu pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi adanya kanker dengan menggunakan gelombang suara. Tiap jaringan kanker dengan kepadatan yang berbeda akan menggambarkan hasil penampakan yang berbeda pada USG. Selain mamografi, pemeriksaan ini adalah dengan mendeteksi jaringan kanker dengan menggunakan gelombang suara. Tiap jaringan dengan kepadatan yang berbeda akan menggambarkan hasil penampakan yang berbeda pada pemeriksaan USG.

 

D.      Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Penggunaan MRI sebagai alat skrining pertama kali dilaporkan pada tahun 1980-an, dan studi telah membuktikan manfaat dan keterbatasan dari MRI. Para ahli dari berbagai studi menemukan bahwa penggunaan MRI sebagai metode skrining kanker payudara lebih sensitive daripada mamografi. MRI menggunakan bidang magnet untuk memproduksi gambar potongan struktur jaringan secara mendetail, memberikan kontras yang sangat bagus untuk jaringan lunak. Kontras antara jaringan di payudara (lemak, kelenjar, lesi, dan lain-lain) bergantung pada mobilitas dan lingkungan magnetis dari atom hydrogen di air dan lemak yang berkontribusi pada terang tidaknya jaringan pada gambar yang dihasilkan.

MRI telah diaplikasikan secara luas untuk memeriksa penyakit simtomatik, di mana dari hasil penelitian telah terbukti memiliki sensitivitas yang tinggi sebagai alat skrining untuk kanker payudara pada wanita dengan risiko tinggi berdasarkan riwayat keluarga. Pendekatan dengan MRI ini mebutuhkan teknik dan peralatan yang memadai, serta staf yang berpengalaman.

 

DAFTAR PUSTAKA

Gruendemann, & Fernsebner. 2006. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, Vol. 2 Praktik. Jakarta: EGC

Kasdu, D. 2008. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Swara

Rasjidi, I. 2010. 100 Question & Answer Kanker pada Wanita. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Roizen, & Mehmet. 2009. Sehat Tanpa Dokter: Panduan Lengkap Memahami Tubuh Agar Tetap Sehat dan Awet Muda. Bandung: PT Mizan Pustaka

XPF