Keseimbangan Cairan II: Perilaku Selular Untuk Mempertahakan Cairan Tubuh Jalur Sraa

Ditulis oleh : Hupitoyo, S.Kp.M.Kes.

Tanggal : 2014-05-22


Selain melalui ADH mekanisme lain untuk mempertahankan cairan tubuh adalah melalui Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron (SRAA). Sistem ini bertanggung jawab dalam menjaga stabilitas volume CES, diameter lumen pembuluh darah termasuk perfusi jaringan perifer. Prinsip kerja system ini adalah respon terhadap kontraksi dan retraksi pembuluh darah akibat dinamika volumenya. Bila volume CES (intravascular) menurun maka tekanan perfusi pada arteriol-arteriol  aferen juga menurun. Penurunan tekan perfusi ini direspon oleh sel Juxta glomerular dengan mensekresikan enzim renin .   Hepar membentuk dan mensekresikan polipeptida angiotensinogen. Renin akan mengkonversi angiotensinogen menjadi Angiotensin I (AI) di dalam ginjal. A I  bekerja sebagai substrat enzim konvertor angiotensinogen  yaitu ACE (Angiotensin coverting enzyme) yang mengkonversi angiotensinogen I dari paru menjadi angiotensin II (AII). Angiotensin II mempunyai efek : 1) meningkatkan produksi dan sekresi aldosteron di zona glomerulosa cortex adrenal. 2) Reabsorbsi Na+ secara lasung pada tubulus ginjal   3) vasokonstriktor  yang kuat terhadap pembuluh darah   4) aktivasi saraf adrenergic sehinga mensekresikan norephinephrine  yang mengkompensasi kecenderungan hipotensi dan hipoperfusi. 5) memberikan rangsangan haus. 6) Supresor rennin. Sedang aldosteron mempunyai efek reabsorsi Na dan air dari colon dan kelenjar ludah . Resultan dari mekanisme diatas adalah terjadi retensi cairan dalam tubuh . Perhatikan bagan di bawah ini

Kondisi patologi misalnya diare, perdarahan akut, hilangnya plasma darah, muntah-muntah berat  akan  memicu  ekspresi mekanisme diatas oleh karena volume cairan secara sistemik mengalami penurunan. Adapatasi tubuh, agar  perfusi jaringan tetap baik maka lumen pembuluh darah akan menyesuaikan  dengan volume yang ada dan  ini diperankan oleh angiotensin II.   Vaso konstriksi yang dihasilkan  sangat membantu efesiensi kontraksi  jantung dalam memompakan darah ke perifer . Oleh karena volume darah berkurang sedang kebutuhan jaringan (Tissue demmad) tetap maka siskulasi sistemik dipercepat. Itu sebabnya pada kasus perdarahan acut, diare berat pembuluh darah menjadi colap (karena vasokonstriksi)  nadi kecil cepat sampai tak teraba. Situasi kritis ini tidak boleh berlangsung lama, oleh karena itu aldosteron yang di rangsang oleh  angiotensin II akan mereabsorbsi cairan dari ginjal dengan tujuan menambah volume intravascular. Na di beberapa deposit juga di reabsorsi oleh aldosteron  untuk meretensi cairan. Dengan demikian tekanan darah  dapat dipertahankan dan perfusi jaringan dapat terpenuhi.

 

 

XPF