Waspadai terjadinya Anemia dalam Kehamilan

Pada kehamilan terjadi peningkatan volume darah total ibu sekitar 30 – 50 %. Volume darah total merupakan kombinasi volume plasma yang meningkat sekitar 75% dan volume sel darah merah yang meningkat sekitar 33% dari nilai sebelum hamil. Maka nampaklah peningkatan volume plasma yang lebih besar daripada sel darah merah. Semua ini menyebabkan terjadinya hemodilusi (pengenceran darah). Hemodilusi yang terjadi lebih terlihat pada kehamilan 32 – 34 minggu. Hal ini dapat dilihat dengan perhitungan sel darah merah dan juga kadar hemoglobin (Hb) yang turun jumlahnya. Konsentrasi hematokrit (Ht) atau packed cell volume mengalami penurunan yaitu sebanyak 35 % pada kehamilan 3 minggu dibandingkan wanita yang tidak hamil. Efek ini disebut anemia fisiologis. Tetapi jangan terlena dengan hal ini, karena jika kadar Hb pada ibu hamil tidak dipantau dengan baik maka ibu dapat jatuh pada kondisi patologis.

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 10, 5 – 11 gr %. Penyebab anemia dalam kehamilan antara lain karena kurang gizi (malnutrisi), kurangnya zat besi dalam asupan sehari – hari, terjadi gangguan penyerapan zat besi dalam usus yang dapat diakibatkan karena adanya gangguan pencernaan atau dikonsumsinya zat – zat yang dapat menghambat penyerapan zat besi seperti halnya teh, kopi atau makanan rendah serat, terjadi kehilangan banyak darah karena haid atau bersalin serta penyakit – penyakit kronis seperti TBC Paru, cacing usus dan malaria.

Tanda gejala anemia dalam kehamilan  tidak terlalu nampak jelas selain munculnya kelelahan dan kelemahan umum sebagai dampak berkurangnya pasokan oksigen pada tubuh ibu hamil. Oleh karena itu kadar Hb ibu hamil hendaknya dipantau secara berkala setiap 3 bulan atau setidaknya dilakukan pada trimester I dan III.

Klasifikasi anemia dalam kehamilan berdasarkan pemeriksaan kadar Hb menurut Manuaba :

No

Klasifikasi

Kadar Hb

1

Tidak Anemia

11 gr %

2

Anemia Ringan

9 – 10 gr %

3

Anemia Sedang

7 – 8 gr %

4

Anemia Berat

< 7 gr %

 

Pengaruh anemia terhadap kehamilan, persalinan dan nifas :

  • Keguguran
  • Partus prematurus
  • Inertia uteri dan partus lama
  • Atonia uteri
  • Shock
  • Hypofibrinogenemia
  • Infeksi intra dan post partum

Pengaruh anemia terhadap hasil konsepsi :

  • Abortus
  • Kematian janin dalam kandungan
  • Kematian perinatal
  • Prematuritas
  • Cacat kongenital

Kebutuhan zat besi dalam kehamilan

Pada waktu hamil, keperluan akan zat besi sangat meningkat untuk pembentukan darah janin dan persediaan ibu pada masa laktasi sampai 6 bulan sesudah melahirkan, karena air susu ibu tidak mengandung zat besi. Persediaan ibu juga sebagai cadangan untuk penggantian darah yang hilang pada waktu persalinan.

Kebutuhan zat besi pada kehamilan kurang lebih 1000 mg, 500 mg dibutuhkan untuk meningkatkan sel darah merah, 300 mg untuk transportasi ke fetus dan 200 mg lagi untuk menggantikan cairan yang keluar dari tubuh baik dalam bentuk keringat maupun urine.  Untuk mengatasi kehilangan ini, ibu hamil memerlukan rata-rata 30 – 40 mg zat besi per hari. Kebutuhan ini akan meningkat secara signifikan pada trimester terakhir, yaitu rata – rata 50 mg per hari dan pada akhir kehamilan menjadi 60 mg per hari. Zat besi yang tersedia dalam makanan berkisar 6 – 9  mg per hari dan ketersediaan ini bergantung pada jenis asupan sehari – hari. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan ibu hamil akan zat besi diperlukan suplemen zat besi yang tujuannya adalah untuk mencegah defisiensi zat besi pada ibu hamil, bukan untuk menaikkan kadar Hb, hal ini perlu dijelaskan karena seringkali salah dimengerti.

Pemberian zat besi dimulai setelah rasa mual dan muntah hilang, satu tablet sehari selama minimal 90 hari. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 mg. Bila ibu merasa mual, konstipasi atau diare akibat tablet zat besi, dianjurkan untuk meminumnya setelah makan. Sebaiknya, tablet zat besi dimakan bersama buah – buahan yang mengandung vitamin C untuk membantu penyerapannya. Jangan meminum dengan susu, teh atau kopi karena akan menghambat penyerapannya. Bahan makanan yang mengandung zat besi yang juga sebaiknya dikonsumsi ibu hamil dapat bersumber dari hewan seperti telur, hati dan daging atau bersumber dari tumbuh – tumbuhan seperti kacang – kacangan dan sayuran hijau.

 

 

REFERENSI :

Marmi, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC

Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC

http://superbidanhapsari.wordpress.com. Anemia dalam Kehamilan. Diunduh tanggal 17 Oktober 2012

http://acehmidwife.wordpress.com. Proses Adaptasi Fisiologis dan Psikologis dalam Kehamilan. Diunduh tanggal 17 Oktober 2012.