Sikap Perawat Dalam Hubungan Terapeutik dengan Anak dan Remaja

Sikap Perawat dalam hubungan terapeutik dengan Anak dan Remaja

Perawat hadir secara utuh (fisik dan psikologis) pada waktu berkomunikasi dengan klien. Perawat tidak cukup mengetahui teknik komunikasi dan isi komunikasi, tetapi yang sangat penting adalah sikap dan penampilan komunikasi.

Kehadiran fisik, menurut Evans (1975, dikutip dalam Kozier dan E.B, 1993 : 372) mengidentifikasi 4 sikap dan cara untuk menghadirkan diri secara fisik, yaitu :

  1. Berhadapan : arti dari posisi ini yaitu "saya siap untuk anda"
  2. Mempertahankan kontak mata: berarti mengahargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
  3. Membungkuk ke arah klien : posisi ini menunjukkan keinginan atau mendengar sesuatu
  4. Tetap rileks: dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam merespon klien.

Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 th), usia bermain/toddler (1-2,5 th), pra sekolah (2,5-5 th), usia sekolah (5-11 th) hingga remaja (11-18 th). Rentang ini berbeda antara satu anak dengan yang lain karena latar belakang yang berbeda. Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak. Kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga, untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak (Wong, Perry & Hockenberry, 2002)

Cara komunikasi dengan Anak dan Remaja

Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak antara lain:

1. Melalui orang lain atau pihak ketiga

Cara komunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dan melibatkan orang tua yang duduk di sampingnya

2. Bercerita

Melalui cara ini pesan yang ingin disampaikan kepada anak akan mudah diterima, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan dan gambar.

3. Memfasilitasi

Dalam memfasilitasi, kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan tetapi anak harus diberikan respon terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan negative yang menunjukkan kesan yang jelek buat anak.

4. Biblioterapi

Dengan pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan, dengan menceritakan isi buku yang sesuai dengan pesan yang disampaikan.

5. Meminta untuk menyebutkan keinginan

Hal ini penting untuk mengetahui keluhan anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan fikiran pada saat itu

6. Pilihan pro dan Kontra

Penting untuk menentukan atau mengetahui perasaan dan fikiran anak, dengan mengajukan pada situasi yang menunjukkan pilihan positif dan negative sesuai pendapat anak

7. Penggunaan Skala

Penggunaan skala atau peringkat dalam mengungkapkan perasaan sakit pada anak, seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan sakitnya

8. Menulis

Melalui ini anak mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan diam. Dilakukan jika anak sudah mempunyai kemampuan untuk menulis.

9. Menggambar

Seperti halnya menulis, dapat digunakan untuk mengekspresikan, perasaan jengkel marah bisanya dapat diungkapkan melalui gambar dan anak akan mengungkapkannya apabila gambar yang ditulisnya ditanya tentang maksudnya.

10. Bermain

Sebagai alat yang efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi. Melalui ini hubungan interpersonal antara anak, perawat dan orang sekitarnya dapat terjalin dan pesan-pesan dapat disampaikan.

Strategi menanggapi respon anak

1. Bertanya

Bertanya merupakan teknik yang dapat mendorong anak untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya.

2. Mendengarkan

Mendengarkan merupakan dasar utama dalam komunikasi therapeutik.

3. Mengulang

Mengulang yaitu kembali pikiran utama yang telah diekspresikan oleh anak.

4. Klasifikasi

Klasifikasi adalah meyakinkan kembali ide-ide pikiran anak yang tidak jelas atau meminta anak  untuk menjelaskan arti  dari ungkapannya.

 

5. Refleksi

Refleksi adalah mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan, dan isi pembicaraan kembali kepada anak.

6. Memfokuskan.

Memfokuskan anak bicara pada topik yamg telah dipilih dan yang penting.Menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik, jelas dan realitas.

7. Diam

Cara yang sulit, biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan, tujuannya memberi kesempatan berfikir dan memotivasi anak untuk bicara. Pada anak yang menarik diri teknik diam berarti perawat menerima anak.

8.  Memberi informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan.

9.  Mengubah cara pandang

10. Membagi persepsi

Meminta pendapat anak tentang hal yang perawat rasakan dan pikirkan, dengan cara ini perawat dapat meminta umpan balik dan memberi informasi.

11. Mengidentifikasi tema

Latar belakang masalah yang dihadapi anak muncul selama percakapan,gunanya untuk meningkatkan pengertian dan mengeksplorasi masalah yang penting.

12. Humor perlu diciptakan untuk mengurangi ketegangan dan menjalin kedekatan.

13. Memberi pujian

14. Menyimpulkan dan memberi saran, memberi alternative ide untuk pemecahan masalah. Tepat dipakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan.

 

 

PUSTAKA:

J. Suecook RN. Ed D, Karen Lee Containe RN MSN. (1987). Essentials of Mental

Health Nursing. California : Addition-Wesley Publishing Company.

Mary C. Townsend, RN, MN, CS. (2005). Psychiatric Mental Health Nursing, FA

Davis Company Philadelphia.

Stuart, G.W. and Sundeen. J Sandra. (1995). Keperawatan Jiwa. Ed 3 Penerbit EGC

Jakarta W.B. Sounders. Company. (1989). Family Centered Nursing Care of

Children.