Yodium, Seberapa Perlu Bagi Kita?

Sering kita baca di beberapa buku perihal pentingnya garam beryodium, sering pula kita dengar di radio maupun kita lihat di televisi, sepenting apakah sih sebenarnya yodium yang ada dalam garam itu? Apa pula yang dimaksud dengan GAKI ? Apapula dampaknya bagi kesehatan?

Yodium adalah sejenis mineral yang terdapat di alam, baik di tanah maupun di air. Yodium merupakan zat gizi mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Yodium diperlukan tubuh dalam pembentukan hormon tiroksin  untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan mulai dari janin sampai dewasa. Nah sedangkan garam beryodium adalah suatu garam yang telah diperkaya dengan KIO3 (Kalium Iodat).

GAKY merupakan salah satu permasalahan gizi yang sangat serius, karena dapat menyebabkan berbagai penyakit yang mengganggu kesehatan antara lain ; Gondok, Kretenisme, Reterdasi Mental dll.

Dari pemaparan diatas dapat diketahui bahwa pengaruh/dampak GAKY begitu luas, sejak masih dalam kandungan, setelah lahir sampai dewasa. Yang sangat mengkhawatirkan akibatnya pada susunan syaraf pusat, karena akan bepengaruh pada kecerdasan dan perkembangan sosial masyarakat dikemudian hari

 

Faktor – Faktor yang berhubungan dengan masalah GAKY antara lain :

  1. Faktor Defisiensi Iodium dan Iodium Excess

Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal ini disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman yang dikonsumsinya (Djokomoeldjanto, 1994).

Iodium Excess terjadi apabila iodium yang dikonsumsi cukup besar secara terus menerus, seperti yang dialami oleh masyarakat di Hokaido (Jepang) yang mengkonsumsi ganggang laut dalam jumlah yang besar. Bila iodium dikonsumsi dalam dosis tinggi akan terjadi hambatan hormogenesis, khususnya iodinisasi tirosin dan proses coupling (Djokomoeldjanto, 1994).

  1. Faktor Geografis dan Non Geografis

Menurut Djokomoeldjanto (1994) bahwa GAKI sangat erat hubungannya dengan letak geografis suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia gondok sering dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan pegunungan Kapur Selatan.

Daerah yang biasanya mendapat suplai makanannya dari daerah lain sebagai penghasil pangan, seperti daerah pegunungan yang notabenenya merupakan daerah yang miskin kadar iodium dalam air dan tanahnya. Dalam jangka waktu yang lama namun pasti daerah tersebut akan mengalami defisiensi iodium atau daerah endemik .

  1. Faktor Bahan Pangan Goiterogenik

Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok, namun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah satunya adalah bahan pangan yang bersifat goiterogenik (Djokomoeldjanto, 1974). Williams (1974) dari hasil risetnya mengatakan bahwa zat goiterogenik dalam bahan makanan yang dimakan setiap hari akan menyebabkan zat iodium dalam tubuh tidak berguna, karena zat goiterogenik tersebut merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang telah masuk ke dalam tubuh.

Goiterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke bentuk organik sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat .

Menurut Chapman (1982) goitrogen alami ada dalam jenis pangan seperti kelompok Sianida (daun + umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun ketela, kecipir, dan terung) ; kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro) ; kelompok Isothiosianat (daun pepaya) dan kelompok Asam (jeruk nipis, belimbing wuluh dan cuka).

  1. Faktor Zat Gizi Lain

Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap pembentukan hormon dari kelenjar thyroid terutama tahap transportasi hormon. Baik T3 maupun T4 terikat oleh protein dalam serum, hanya 0,3 % T4 dan 0,25 % T3 dalam keadaan bebas. Sehingga defisiensi protein akan menyebabkan tingginya T3 dan T4 bebas, dengan adanya mekanisme umpan balik pada TSH maka hormon dari kelenjar thyroid akhirnya menurun.

Pengertian Garam Beryodium

            Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan yodium yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan kecerdasan. Garam beryodium yang digunakan sebagai konsumsi harus memenuhi Standar Nasional Indonesia ( SNI ) yakni mengandung yodium sebesar 30 – 80 ppm. Saat ini banyak garam dengan label beryodium tapi ternyata kandungan yodiumnya nol. Kondisi tersebut tentu saja menghambat upaya penanggulangan GAKY yang telah digalakkan sejak 1977. Menurut Ketua Umum Asosiasi Produsen Garam Konsumsi Beryodium, Abu Hidayat Ronowidjojo mengatakan bahwa upaya penanggulangan GAKY yang cukup lama itu memang telah menurunkan prevalensi gondok total dari 27, 2 % pada tahun 1988 menjadi 9,8 % pada tahun 1998. Namun survey Badan Pusat Statistik ( BPS ) 2001, menunjukkan bahwa  34, 9 % rumah tangga di Indonesia masih mengkonsumsi garam non yodium atau garam tidak memenuhi SNI kurang dari 30 ppm.

            Hal ini disebabkan karena masih adanya garam import yang masuk dan dipasarkan sebelum diyodisasi. Kemudian masih rendahnya kualitas garam rakyat, sementara garam beryodium sendiri harganya dianggap mahal. Kesadaran masyarakat tentang manfaat garam beryodium juga masih kurang serta adanya kebiasaan menyimpan garam dalam wadah terbuka dan diatas tempat memasak .

            Untuk mengetahui apakah garam yang dijual di warung atau toko mengandung yodium atau tidak, dengan membaca label kemasannya. Pada kemasan garam beryodium harus tertera tulisan “ Garam Beryodium “. Selain itu dapat diketahui dengan melakukan pengujian mutu garam beryodium menggunakan cairan uji iodin tes.

            Pengujian cara tradisional juga dapat dilakukan dengan menggunakan singkong parut. Caranya, singkong yang masih segar dikupas dan diparut, kemudian satu sendok air perasannya dimasukkan ke dalam tempat bersih.

Lalu tambahkan 4 – 6 sendok teh munjung garam yang akan diperiksa. Setelah itu tambahkan 2 sendok teh cuka, diaduk rata dan biarkan beberapa menit. Jika timbul warna biru keunguan, berarti garam tersebut mengandung yodium.

Manfaat Garam Beryodium

            Garam beryodium dapat mencegah GAKY yang terbagi dalam 3 tingkatan ( Depkes RI, 1999 ) :

  1. Tingkatan Ringan

Pembesaran kelenjar gondok sehingga keindahan dan kecantikan berkurang.

  1. Tingkatan Sedang

Pembesaran kelenjar gondok, cepat lelah dan tidak tahan bekerja, datang bulan tidak teratur, keguguran pada ibu hamil.

  1. Tingkatan Berat

Bayi lahir kretin, kretin adalah dimana terdapat dua atau lebih kelainan sebagai berikut :

  • Pembesaran kelenjar gondok
  • Gangguan perkembangan mental
  • Gangguan pendengaran ( dapat sampai tuli )
  • Gangguan pertumbuhan
  • Gangguan syaraf penggerak
  • Mata juling
  • Bayi lahir mati
  •  

    Cara Penggunaan Garam

    Cara penggunaan garam beryodium :

    1. Tidak dibubuhkan pada sayuran mendidih, tetapi dimasukkan setelah sayuran diangkat  dari tungku, kadar KIO3 dalam makanan akan mengalami penurunan setelah didihkan 10 menit.
    2. Kadar yodium juga akan menurun pada makananyang asam, makin asam makanan makin mudah menghilangkan KIO3 dari makanan tersebut.

                Proses yang dapat merusak kandungan yodium dalam makanan :

    1. Merebus ( terbuka ), mengakibatkan kadar yodium hilang ± 50 %
    2. Menggoreng, mengakibatkan kadar yodium hilang ± 35 %
    3. Memanggang, kadar yodium hilang hingga ± 25 %
    4. Brengkesan atau pepesan membuat yodium hilang ± 10 %

                Kandungan yodium terbanyak yang diketahui masyarakat adalah pada garam. Tapi meskipun garam dikonsumsi setiap hari, bukan berarti mereka terbebas dari kekurangan yodium, karena ternyata dari hasil penelitian Universitas Indonesia didapatkan bahwa hanya 30 % garam yang beredar di pasaran yang mengandung yodium.

     

    CARA MENYIMPAN GARAM YODIUM YANG BENAR:

    1. Disimpan dalam wadah yang kering dan tertutup rapat.
    2. Letakkan di tempat yang sejuk, sebaiknya jauhkan dari panas api dan hindari sinar matahari langsung.
    3. Gunakan sendok yang kering untuk mengambil garam.
    4. Tutup kembali wadah dengan baik setiap kali pengambilan garam.

     

    CARA MENGGUNAKAN GARAM BERYODIUM DENGAN BENAR:

    Konsumsi garam yodium dengan cukup

    Untuk memenuhi garam yodium dapat dilakukan dengan beberapa cara. Selain mengkonsumsi garam yang beryodium setiap hari juga mereka wajib minum kapsul yodium sesuai dosis yang dianjurkan. Dosis pemberian kapsul yodium untuk bayi berumur 0-1 tahun cukup ½ kapsul setiap tahunnya, laki-laki berumur 6-20 tahun cukup dengan 2 kapsul pertahun. Sedangkan untuk ibu hamil dan ibu menyusui konsumsi 1 kapsul dalam satu tahun dan pada wanita usia 6-35 tahun minum 2 kapsul setiap tahunnya.

    Konsumsi garam yodium tidak berlebih

    Untuk menghindari pengaruh efek samping dari konsumsi garam beryodium yang berlebihan, maka dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram garam atau 2 ½ gram tiap 1.000 kilo kalori, atau satu sendok teh setiap hari.

    Menyimpan garam di tempat aman

    Garam beryodium sebaiknya disimpan dalam wadah yang tertutup tidak tembus pandang. Tujuannya untuk melindungi zat yodium agar tidak terpapar dengan matahari. Kandungan yodiumnya bisa menguap jika terpapar dengan matahari. Juga perhatikan tempat garam sebaiknya tutup dengan rapat, jika membiarkan tutup terbuka, maka yodium bisa menguap.

     

    PANGAN SUMBER IODIUM

    Iodium dapat diperoleh dari berbagai jenis pangan dan kandungannya berbeda-beda tergantung asal jenis pangan tersebut dihasilkan.  Kandungan iodium   pada buah dan sayur tergantung pada jenis tanah. Kandungan iodium pada jaringan hewan serta produk susu tergantung pada kandungan iodium pada pakan ternaknya. Pangan asal laut merupakan sumber iodium alamiah.  Sumber lain iodium adalah garam dan air yang difortifikasi  (Muchtadi. dkk, 1992).  Hal yang sama juga dikemukakan oleh Sauberlich, (1999) bahwa makanan laut dan ganggang laut adalah sumber iodium yang paling baik. 

    Penggunaan garam beriodium

    Selama bertahun-tahun, penggunaan garam beriodium sudah dianggap sebagai cara yang paling efektif untuk memeberantas GAKI di sejumlah besar negara. Kebjakan bersama yang dibuat WHO, UNICEF, dan ICCIDD merekomendasikan bahwa untuk memberikan lebih kurang 120-140 g iodium/hari, kadar iodium dalam garam pada  saat diproduksi harus berkisar 20-40 mg iodium per kilogram garam. Rekomendasi ini mengasumsikan bahwa 20% iodium akan hilang dalam perjalanan dari tempat produksi hingga rumah tangga, sementara 20% lainnya hilang pada saat memasak, dan asupan garam rata-rata adalah 10 gram per orang per hari.

                Kalim iodat atau iodida dapat dipakai untuk fortifikasi, tetapi garam iodat lebih cocok pada iklim panas seta lembap karena stabilitas garam ini lebih besar. Kehilangan dan kebutuhan  iodium sesuai dengan kondisi suatu daerah harus ditentukan, dan para pejabat kesehatan harus memastikan dahulu pemantauan penggunaan garam beriodium yang benar sudah dilaksanakan secara rutin. Garam yang dipilih bagi tujuan tertetntu dapat ditargetkan untuk program iodinisasi.

    Selain penggunaan garam beryodium, terdapat program lain yang harus dilakukan  yaitu :

    1. Iodinisasi air minum
    2. Fortifikasi susu formula bayi
    3. Fortifikasi produk pangan lainnya
    4. Fortifikasi pakan ternak

     

    DAFTAR PUSTAKA

    Notoatmodjo Soekidjo,Prof.Dr, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta,Jakarta 1996

    Lisdiana, Ir, Waspada Terhadap Kelebihan dan Kekurangan Gizi, Trubus Agriwidaya, Bandar Lampung 1998

    Sr.Alfonsine C.B, B.Sc, Pengantar Ilmu Gizi, Intan, Jakarta 1984

    DEPKES RI,Gangguan Akibat Kekurangan Yodium, Jakarta 1996

    Lisdiana, Ir, Waspada Terhadap Kelebihan dan Kekurangan Gizi, Trubus Agriwidaya, Bandar Lampung 1998