Ketika Produksi Asi Menurun

Apa yang terjadi ketika ASI yang keluar jumlahnya sedikit?

Permasalahan menurunnya suplai ASI biasanya muncul di minggu-minggu pertama menyusui. Seringkali ibu mengeluh ASI tidak keluar atau ASI keluar tapi dengan jumlah yang sedikit, sehingga bayi jadi rewel dan ironisnya cara praktis langsung diberikan, yaitu pemberian susu formula.                              

Ada 2 sisi yang bisa dilihat ketika produksi ASI terbatas:

  1. Faktor ibu; managemen menyusui yang salah, kondisi biologis pasca persalinan, kondisi psikis saat menyusui, pemakaian obat dan infeksi payudara.
  2. Faktor bayi.

 

Ada apa dengan ibu ?

  1. Managemen menyusui yang salah: Pada minggu pertama pasca melahirkan ibu mulai membentuk pola kebutuhan dan kebiasaan menyusui bayi, apabila sejak awal ada pola menyusui yang salah maka secara otomatis produksi ASI juga akan menyesuaikan, frekuensi menyusui yang sedikit, pembatasan waktu menyusui, posisi menyusui yang tidak benar turut berperan pada terjadinya penurunan produksi ASI. Pada dasarnya bayi secara umum akan menyusu 8 -12 kali sehari dalam waktu sekali menyusunya yaitu 30-40 menit. Semakin sedikit dan semakin pendek waktu yang diberikan untuk menyusui, maka semakin sedikit pula peluang payudara untuk mengalami pengosongan. Padahal pengosongan payudara akan merangsang payudara memproduksi ASI kembali.
  2. Kondisi biologis pasca persalinan: beberapa kondisi khusus seperti perdarahan yang hebat pasca persalinan, anemia, gangguan hormonal, hipertensi,hambatan refleks “let down”, ibu hamil lagi dan ibu yang menderita hipotiroid (penurunan fungsi kelenjar tiroid atau gondok) juga bisa menjadi penyebab menurunnya produksi ASI. Beberapa kondisi tersebut akan mengakibatkan sang ibu memiliki kecenderungan penurunan laju kecepatan metabolisme sebagai akibat penurunan kemampuan tubuh dalam mengolah dan memproduksi nutrisi. Akibatnya jumlah ASI yang terbentuk juga menurun.
  3. Kondisi Psikis saat menyusui: Ibu yang mengalami depresi, cemas, sedang ada masalah, ibu terlalu tergantung, ibu kurang dapat dukungan dari suami dan keluarga dalam menyusui bayinya. Beberapa kondisi psikologis tersebut akan mempengaruhi hormon sang ibu sehingga produksi ASI juga terbatas.
  4. Pemakaian obat-obatan: Merokok, konsumsi cafein berlebihan ( lebih dari 4-5 cangkir kopi sehari), penggunaan obat tidur atau obat penenang, obat golongan anti histamin dan pil KB yang mengandung estrogen juga mempengaruhi pembentukan ASI. Bahan-bahan tersebut mempengaruhi pembentukan, pelepasan dan produksi ASI.
  5. Infeksi payudara: Adanya infeksi payudara, puting lecet, puting tenggelam, mastitis dan berbagai gangguan lain pada payudara juga menjadi penyebab menurunnya produksi ASI. Ibu menjadi jarang menyusui bayinya karena kesakitan pada puting.
  6. Faktor bayi: Bayi yang enggan menyusu yang bisa disebabkan karena pilek sehingga pada saat menyusu sulit bernafas, bayi sariawan sehingga nyeri saat mengisap, bayi tidak rawat gabung sehingga pernah mengenal botol dot, bayi ditinggal lama karena ibu sakit/bekerja, bayi bingung puting, ƒ Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek, dan bayi yang tidak disusui di malam hari (kadar prolaktin “hormon yang memberi sinyal ke payudara untuk memproduksi ASI” lebih banyak dimalam hari), sehingga apabila bayi tidak disusui dimalam hari otomatis hormon akan mengatur sinyal untuk memproduksi dengan jumlah sedikit dimalam hari.

 

CARA MENGATASINYA:

Bila ibu merasa produksi ASI menurun, yang bisa dilihat dari bayi yang rewel dan selalu lapar, berikut ini ada beberapa cara mengatasinya:

  1. Ibu mengkonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang.
  2. Ibu bisa melakukan relaksasi untuk mengurangi stress, salah satu diantaranya adalah dengan pijat tradisional maupun pijat untuk merangsang oksitosin. Kondisi ibu yang stress seringkali menghambat produksi hormon oksitosin untuk refleks pengeluaran ASI. Ibu setelah melahirkan membutuhkan istirahat yang cukup dan diet yang baik. Kondisi relaks membuat ibu terhindar dari anemia. Relaksasi dan istirahat akan membantu ibu meningkatkan let down refleksi yang membuat ibu lebih tenang saat menyusui.
  3. Singkirkan kemumungkinan alarm palsu, kadang ibu keliru dalam mengartikan alarm yang dikeluarkan tubuh atau bayi sebelum memutuskan kalau produk ASI menurun, cek dulu berbagai faktor yang berhubungan dengan cara menyusui, keadaan bayi, atau kondisi payudara untuk menyingkirkan alarm palsu. Alarm palsu umumnya ditimbulkan dari bayi dan proses menyusui yang salah dan bukan dari faktor ibunya.
  4. Menyusui dengan benar, susilah bayi lebih sering dengan frekuensi yang cukup atau sering akan membantu menstimulasi tubuh ibu untuk memproduksi lebih banyak ASI. Biarkan bayi menyusu sesering dan selama bayi mau. Biarkan bayi mengosongkan satu sisi payudara sebelum pindah ke payudara yang satunya. Perhatikan posisi payudara dan proses menghisap bayi.
  5. Hindari yang mempengaruhi ASI. Sebaiknya ibu menghindari konsumsi cafein dan rokok. Hindari pula obat bebas yang mengandung antihistamin. Ini bisa dideteksi dari rasa ngantuk yang timbul sesaat setelah minum obat. Jika ibu menyusui harus minum obat konsultasikan ke dokter sebelum meminumnya.
  6. Minum air putih yang cukup akan mencegah dehidrasi dan memperlancar produksi ASI.
  7. Lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin karena ada beberapa kondisi tubuh tertentu yang menyebabkan menurunnya produksi ASI. Anemia dan hipotiroid akan segera terdeteksi apabila ibu secara rutin melakukan pemeriksaan kesehatan, sehingga dokter bisa segera memberikan terapi yang tepat.
  8. Hindari pemakaian botol susu, berikan ASI eksklusif (6 bulan), kalupun terpaksa harus memberikan susu formula berikan dengan cara disendok. Pemakaian dot atau botol susu terlalu dini akan mengakibatkan bingung puting.
  9. Tekan kedua payudara, bila pola menghisap dan menelan bayi mengalami penurunan misalnya bayi mulai kenyang atau mengantuk. Tekan payudara untuk meningkatkan alian ASI. Dan yang terakhir adalah mengosongkan payudara.

Pustaka:

Soetjiningsih, 1997, Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan, Penerbit EGC Jakarta