Sisi Lain Media Sosial

"Tweet Pagi ... bagaimana kabarmu? Pagi yang indah hari ini ... bla bla bla bla ....... "

Apakah Anda akrab dengan ungkapan di atas? Tentu saja! Ini adalah ekspresi yang banyak digunakan oleh orang-orang untuk berkomunikasi satu sama lain melalui media sosial, media komunikasi yang saat ini sangat banyak digunakan, sehingga tampaknya tiada hari tanpa twitters, facebook, whatsapp, dll

Facebook, Twitter, Whatsapp, dll bukan lagi hal yang baru. Situs-situs jejaring sosial ini memungkinkan kita untuk berkomunikasi dengan orang lain sedemikian rupa dengan cara yang sederhana. Hanya dengan menekan sebuah tombol, kita dapat menyampaikan pikiran kita untuk sejumlah besar orang di seluruh dunia. Namun, sepertinya ada kecenderungan mengabaikan  potensi risiko ketika teknologi ini berkembang pesat. Bentuk intimidasi secara online atau merajalelanya pedofilia adalah risiko yang jelas, tetapi selain kedua hal tersebut masih ada dampak negatif lainnya yang harus dihadapi oleh para pengguna media sosial.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa seseorang dapat mengalami sebuah bentuk kecemasan yang disebut 'textiety', hal ini terjadi ketika mereka tidak mendapatkan atau mengirim banyak pesan dalam jangka waktu tertentu. Untuk menghindari hal ini terjadi, seseorang mengirim sejumlah besar pesan kepada banyak orang. Diasumsikan dalam penelitian ini bahwa identitas dan berapa banyak 'teman' atau 'pengikut' seseorang dapat mengakibatkan masalah kesehatan emosional. Mereka yang merasa bahwa mereka tidak memiliki cukup teman atau pengikut akan memiliki harga diri rendah, cemas atau depresi.

Texting, tweeting, posting, dll juga dapat menghabiskan sejumlah besar waktu yang sebenarnya dapat digunakan untuk kegiatan lain yang bermanfaat. Ini akan mempengaruhi aspek-aspek lain dari kehidupan seseorang seperti hubungan sosial mereka secara langsung, prestasi kerja, dan biaya yang harus mereka tanggung (misalnya tagihan pulsa untuk texting). Mereka juga dapat menghadapi risiko kesehatan yang buruk karena waktu yang digunakan untuk menjelajah media sosial sebenarnya dapat digunakan untuk kegiatan santai yang lebih sehat seperti berjalan-jalan, berkebun, dll.

Sementara itu, dengan kemajuan teknologi saat ini sangat mendukung sikap anak-anak yang secara alami gemar mendekati atau bahkan melewati batas-batas karena keingintahuannya. Dr Brian Primack, asisten profesor kedokteran dan pediatri di University of Pittsburgh School of Medicine, menunjukkan bahwa "sexting" adalah contoh yang baik dari ini. Sexting didefinisikan sebagai "mengirim, menerima atau meneruskan pesan seksual eksplisit, foto atau gambar melalui ponsel, komputer atau perangkat digital lainnya". Anak-anak yang mudah penasaran dengan hal-hal baru sangat mudah dipengaruhi oleh jenis "stimulan" ini dan hal itu akan membuat mereka ingin tahu lebih banyak lagi sebelum tiba saatnya.

Menurut Dr Gwenn O'Keeffe, CEO dan editor dari majalah Pediatrics Now, ada juga potensi risiko lain dari media sosial yang disebut "depresi Facebook". Hal ini sebagian besar terjadi pada usia praremaja dan remaja. Jika mereka menggunakan waktu mereka terlalu banyak berkomunikasi di situs media sosial, mereka mulai menunjukkan tanda-tanda depresi, seperti perubahan suasana hati, mengubah kebiasaan tidur, penarikan diri dari kehidupan sosial, kebiasaan makan yang tidak teratur, dll

Beberapa penelitian juga melaporkan bahwa sebagian besar orang dewasa muda yang menggunakan Facebook sering memiliki kecenderungan narcism, perilaku antisosial dan cenderung lebih agresif. Penggunaan berlebihan media sosial juga terkait dengan prestasi buruk di sekolah. Cyberbullying, kontak yang tidak diinginkan dan posting informasi yang tidak pantas atau menyedihkan juga diidentifikasi sebagai dampak negatif yang paling umum dari media sosial.

Untuk menghindari efek-efek buruk dari media sosial, beberapa tindakan preventif harus dilakukan. Menebang semua koneksi ke situs media sosial akan sangat mustahil, sehingga cara terbaik yang bisa kita lakukan adalah membuat batas waktu untuk "berselancar" di media sosial. Kita tidak bisa melupakan bahwa cermin memiliki dua sisi, yang berarti bahwa tidak hanya ada dampak negatif terhadap suatu hal, tetapi juga dampak positifnya.

Bagaimana cara menghindari menjadi pecandu media sosial :

• Membuat batas waktu berselancar di situs media sosial (misalnya 60 menit sehari)

• Pikirkan dengan cermat sebelum posting / tweeting. Apakah orang lain benar-benar perlu tahu tentang apa yang sedang anda lakukan atau pikirkan?

• Pilih satu hari dalam seminggu sebagai ponsel atau komputer free day

• Jangan mengganti tatap muka kegiatan sosial dengan yang virtual

• Lakukan kegiatan bersenang – senang seperti dahulu sebelum mengenal media sosial.

 

  

References:

http: www.womhealth.org.au

http: www.health.usnews.com