Hamil Anggur???

Masyarakat awam sudah cukup familiar dengan istilah hamil anggur, tapi apa sebenarnya sih hamil anggur itu?. Kita perlu mengenal lebih jauh tentang hal ini mengingat angka kejadiannya di masyarakat juga cukup tinggi, yaitu sekitar 1 : 80 kehamilan, angka ini diperoleh berdasarkan data kasus yang ditangani oleh rumah sakit besar di Indonesia.

Hamil anggur atau mola hydatidosa merupakan penyulit pada kehamilan trimester pertama. Hasil konsepsi pada kehamilan mola tidak berkembang menjadi embrio setelah pembuahan tetapi berkembang menjadi villi  chorialis yang disertai dengan degenerasi hydropik sehingga rahim menjadi lebih lunak dan bertambah besar lebih cepat daripada usia kehamilan pada umumnya. Pada kehamilan mola tidak dijumpai janin karena rongga rahim terisi jaringan yang berbentuk seperti buah anggur.

Patologi

Kehamilan mola terjadi ketika diferensiasi sel normal dalam blastokista berhenti dan sel trofoblastik berproliferasi. Proliferasi trofoblas mengakibatkan peningkatan kadar hCG.

Pada kehamilan mola ovum tidak mengandung kromosom dan sperma mereplikasi kromosomnya sendiri ke dalam zigot abnormal.

Jonjot – jonjot chorion pada kehamilan mola tumbuh berganda dan membentuk gelembung – gelembung kecil berisi cairan jernih, seperti anggur. Ukuran dari gelembung tersebut bervariasi mulai dari yang berukuran sangat kecil sampai dengan berdiameter lebih dari 1 cm.

Etiologi

Penyebab mola hydatidosa tidak diketahui secara pasti. Berikut ini adalah faktor – faktor yang diduga menyebabkan terjadinya hal ini, yaitu : faktor ovum (memang sudah patologik, tetapi terlambat dikeluarkan), imunoselektif trofoblas, keadaan sosial ekonomi yang rendah sehingga ibu hamil mengalami kekurangan protein, paritas tinggi (ibu sudah melahirkan banyak anak), infeksi virus dan faktor kromosom yang perlu dikaji lebih jauh.

Tanda Gejala

Wanita dengan kehamilan mola mengalami reaksi kehamilan seperti halnya wanita dengan kehamilan normal. Wanita tersebut biasanya mengalami perdarahan bercak coklat gelap pada akhir trimester pertama, bisa mucul hypertensi (tekanan darah tinggi) dan hyperemesis gravidarum (mual muntah berlebihan sehingga mengganggu aktivitas sehari – hari) pada saat kehamilan belum genap 20 minggu. Wanita tersebut tampak pucat kekuning – kuningan sehingga disebut muka mola (mola face).

Pada pemeriksaan, pembesaran rahim tidak sesuai dengan usia kehamilan, kadar hormon hCG tinggi (1/300), tidak teraba ballotement, tidak terdengar detak jantung janin dan pada pemeriksaan USG akan nampak gambaran vesikuler (badai salju).

Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul akibat kehamilan mola hydatidosa adalah:

  1. Perdarahan hebat sampai syok;
  2. Perdarahan berulang;
  3. Anemia;
  4. Infeksi sekunder;
  5. Perforasi karena tindakan dan keganasan,
  6. Keganasan apabila terjadi mola destruens/koriokarsinoma

Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan kehamilan mola hydatidosa adalah evakuasi dan evaluasi.

  1. Jika perdarahan banyak dan keluar jaringan mola, maka atasi syok dan perbaiki keadaan umum terlebih dahulu;
  2. Kuretase dilakukan setelah diagnosis dapat ditegakkan secara pasti;
  3. Pemeriksaan dan pemantauan kadar hCG pasca kuretase perlu dilakukan mengingat kemungkinan terjadi keganasan;
  4. Penundaan kehamilan sampai 6 bulan setelah kadar hCG normal,
  5. Pemberian kemoterapi pada mola hidatidosa dengan resiko tinggi.

 

REFERENSI

Bagian Obgin FK Unpad. 2001. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset

Khaidir Muhaj. 2013. Mola Hydatidosa. Online

http://www.lusa.web.id/kehamilan-mola-hidatidosa-mola-hydatidosa/ diakses tanggal 2 September 2013