Mari Berkenalan dengan Fluor Albus

Fluor albus, apa itu?. Istilah ini bisa jadi asing di telinga kita, tetapi begitu disebut keputihan maka kita akan spontan berucap oh itu to…. Ya, keputihan adalah istilah awam untuk fluor albus.

Fluor albus berasal dari kata fluor dan albus yang berarti cairan putih, atau disebut juga leukorrhoea. Fluor albus ini ditandai dengan keluarnya cairan dari alat genitalia wanita yang tidak berupa darah.

Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel – sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolini. Selain itu, sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri (normal flora) yang hidup pada vagina. Pada wanita, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh untuk membersihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam kondisi normal, sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh atau berwarna kekuningan ketika mengering pada pakaian. Sekret ini non irritant, tidak mengganggu, dengan pH 3,5 – 4,5. Secara umum, leukorrhea dapat dibagi menjadi dua, yaitu leukorrhea fisiologis dan leukorrhea patologis.

Leukorrhea fisiologis mempunyai ciri-ciri : berwarna putih dan menjadi kekuningan bila kontak dengan udara karena proses oksidasi; tidak gatal; tidak mewarnai pakaian dalam dan tidak berbau.

Leukorrhea fisiologis pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah sekitar portio dan dapat ditemukan pada saat :

  1. Bayi baru lahir sampai kira – kira berumur 10 hari, sebabnya ialah pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
  2. Sekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen.
  3. Saat koitus karena adanya rangsangan seksual
  4. Sekitar ovulasi, dimana sekret dari kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer

Leukorrhea patologis biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior vagina. Ciri – cirinya adalah : terjadi peningkatan volume (membasahi celana dalam); terdapat bau yang khas; serta perubahan konsistensi dan warna.

Leukorrhea patologis disebabkan oleh :

  1. Infeksi
  • Bakteri : Gardanerrela vaginalis, Chlamidia trachomatis, Neiserria gonorhoe
  • Jamur : Candida albicans
  • Protozoa : Trichomonas vaginalis
  • Virus : Herpes dan Human Papilloma Virus
  1. Iritasi
  • Pelumas
  • Sabun cuci dan pelembut pakaian
  • Deodorant dan sabun
  • Cairan antiseptic
  • Pembersih vagina
  • Celana dalam yang ketat dan tidak menyerap keringat
  • Tisu toilet
  1. Tumor atau jaringan abnormal lain
  2. Fistula
  3. Benda asing
  4. Radiasi
  5. Psikologik, vulvovaginitis psikosomatik

Lingkungan vagina yang normal ditandai dengan adanya suatu hubungan yang dinamis antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik terhadap bakteri patogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus acidophilus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang rendah (3,5 – 4,5) sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri patologis.

Untuk menghindari komplikasi dari keputihan (fluor albus), sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim (Ca cervix) yang juga memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, atau bisa juga berwarna coklat karena mengandung darah serta berbau tidak sedap.

Penatalaksanaan keputihan patologis tergantung dari penyebab infeksinya, apakah jamur, bakteri atau virus. Umumnya diberikan obat – obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat – obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukanazol untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaannya dapat berupa oral (tablet atau kapsul), topikal (krem) atau uvula, yang cara penggunaannya obat harus dimasukkan ke dalam vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksualnya, dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam masa pengobatan.

Selain itu dianjurkan untuk melakukan tindakan pencegahan atau agar keputihan tidak berulang kembali, dengan cara :

  1. Laksanakan pola hidup sehat, yaitu diet seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol, dan sebisa mungkin hindari stress yang berkepanjangan
  2. Setia kepada pasangan
  3. Menjaga kebersihan di daerah alat kelamin dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dalam yang tidak terlalu ketat dan terbuat dari bahan yang menyerap keringat. Biasakan mengganti pembalut atau pantyliner jika terasa basah atau lembab untuk mencegah bakteri berkembang biak
  4. Biasakan membersihkan alat kelamin dari arah depan ke belakang agar mikroorganisme yang ada di sekitar anus tidak berpindah ke vagina
  5. Gunakan cairan pembersih vagina bila perlu, dan pastikan pH nya sesuai dengan pH vagina agar cairan pembersih tersebut tidak membunuh normal flora.
  6. Hindari penggunaan bedak, tisue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina, karena dapat menyebabkan iritasi.
  7. Hindari pemakaian barang – barang yang memungkinkan terjadinya penularan bakteri atau virus, misalnya dengan tidak meminjam alat mandi orang lain atau sebisa mungkin tidak duduk di toilet umum sebelum membersihkan dudukannya.

 

REFERENSI :

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD. 2011. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset.

http://www.lusa.web.id/leukorea-fluor-albus-white-discharge-keputihan/ diakses tanggal 11 September 2013

Lalu Buly Fatrahady. 2009. Fluor Albus (Leukorea). Online