Pemusatan Perhatian Yang Terganggu Pada Anak

Hiperaktivitas adalah salah satu aspek dari Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) atau yang dikenal dengan istilah Attention Deficit with/without Hyperactivity Disorder (ADD/HD). GPPH mencakup gangguan pada tiga aspek, yaitu sulit memusatkan perhatian, hiperaktif, dan impulsivitas. Apabila gangguan hanya terjadi pada aspek yang pertama, maka dinamakan Gangguan Pemusatan Perhatian (ADD), sedangkan bila ketiga aspek terkena imbas gangguan barulah disebut GPPH (ADHD).

Anak-anak yang sulit memusatkan perhatian biasanya menampilkan ciri-ciri, seperti ceroboh, sulit berkonsentrasi, seperti tidak mendengarkan bila diajak bicara, gagal menyelesaikan tugas, sulit mengatur aktivitas, menghindari tugas yang memerlukan pemikiran, kehilangan barang-barang, perhatian mudah teralih, dan pelupa.

Sedangkan, ciri-ciri dari hiperaktivitas adalah terus-menerus bergerak, memainkan jari atau kaki saat duduk, sulit duduk diam dalam waktu yang lama, berlarian atau memanjat secara berlebihan yang tidak sesuai dengan situasi, atau berbicara berlebihan. Sementara itu, impulsivitas ditampilkan dalam perilaku yang langsung menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan, sulit menunggu giliran dan senang menginterupsi atau mengganggu orang lain.

Pada faktor biologi, beberapa ahli dapat membuktikan adanya kelainan biologi yang menjadi predisposisi timbulnya Gangguan Pemusatan Perhatian (GPP) pada anak, namun beberapa ahli yang lain menentang pendapat tersebut. Wender (1971) pada beberapa kasus hiperkinetik menjumpai adanya faktor genetik, yaitu kelainan pada serebral congenital. Faktor biokimia yaitu metabolism abnormal dari monoamine di susunan saraf pusat menyebabkan perubahan perilaku. Sedangkan pada faktor fisiologi, misalnya: terdapat lesi pada lobus frontalis, terhambatnya pertumbuhan korteks prefrontal, infeksi yang menyebabkan cacat otak, keracunan timah hitam atau logam berat, zat warna makanan dan anoksia waktu kelahiran juga dianggap berpengaruh terhadap timbulnya GPP.

Faktor Psikologis, stimulus sensoris yang kurang memadai dan situasi yang menimbulkan stress pada bayi dan tidak ditanggulangi dengan baik dapat menambah gejala simptomatik. kemarahan yang tidak tersalur secara konstruktif, dan dimanifestasikan dengan perilaku hiperaktif.

Faktor sosial dan budaya, anak dengan GPP biasanya mendapat kesulitan dalam membina dan memelihara hubungan interpersonal, karena perilakunya yang suka mengganggu. Mereka selalu dihindari oleh kelompok sebaya dan dimarahi oleh orangtua atau guru. Hal ini menimbulkan rasa permusuhan dan sikap agresif terhadap lingkungan dan perasaan yang kurang bahagia mengakibatkan sifat anti sosial. Anak yang menderita GPP dari keluarga dengan sosio ekonomi rendah biasanya bersikap agresif.

Gejala-gejala yang terlihat pada anak dengan GPP adalah:

  1. kesulitan memperhatikan detail dan kecenderungan untuk membuat kesalahan, ceroboh di sekolah atau kegiatan lainnya, menghasilkan pekerjaan yang sering berantakan.
  2. mudah terganggu oleh rangsangan yang tidak relevan dan sering mengganggu tugas-tugas yang sedang berlangsung
  3. ketidakmampuan untuk mempertahankan perhatian pada tugas atau kegiatan
  4. kesulitan menyelesaikan tugas sekolah atau tugas-tugas yang membutuhkan konsentrasi
  5. sering beralih dari satu kegiatan yang belum selesai ke kegiatan yang lain
  6. penundaan
  7. kelupaan dalam kegiatan sehari-hari (misalnya, janji hilang, lupa untuk membawa makan siang)
  8. kegagalan untuk menyelesaikan tugas-tugas seperti pekerjaan rumah atau tugas-tugas
  9. pergeseran dalam komunikasi, artinya tidak mendengarkan orang lain dan tidak mengikuti detail atau aturan kegiatan dalam situasi sosial
  10. gelisah, menggeliat ketika duduk
  11. sering bangun untuk berjalan atau berlari di lingkungan sekitar.
  12. berjalan atau memanjat berlebihan dan tidak memikirkan akibatnya.
  13. mengalami kesulitan bermain dengan tenang atau terlibat dalam kegiatan di waktu luang yang tenang
  14. sering berbicara berlebihan.

Penanganan

Membantu anak mengendalikan perilaku dan membina hubungan yang baik dengan masyarakat dan lingkunan sekitarnya. Pendekatan penyelesaian masalah ini memerlukan penanganan yang sifatnya menyeluruh. Selain obat-obatan, juga terapi perilaku, konseling keluarga, pendekatan di sekolah termasuk konseling pada guru, dan psikoterapi perorangan pada anak yang mengalami gangguan emosional perlu diberikan.

Dengan penanganan secara menyeluruh dan tetap diterapkan, anak akan menunjukkan daya penyesuaian yang lebih baik bila anak meningkat dewasa.

Model Program Pendidikan kesehatan jiwa (Mental Health Education) pada guru dan keluarga dengan anak GPP

 

ISI

 

KEGIATAN INSTRUKSIONAL

 

EVALUASI

Uraian gejala GPP perlu diketahui keluarga dan guru

 

 

 

Uraian kemampuan keluarga dan guru yang perlu dikembangkan dalam menghadapi perilaku anak.

Memberikan penyuluhan kepada keluarga dan guru tentang gejala-gejala dini GPP. Misalnya: mengadakan pertemuan 1 minggu sekali.

 

Melibatkan keluarga dan guru dalam perawatan: demonstrasikan cara-cara mengatasi anak dalam kegiatan sehari-hari.

Menganjurkan keluarga untuk memberikan pendidikan khusus dengan kelompok kecil, misal: les pribadi.

Keluarga mengerti tentang gejala-gejala GPP.

 

 

 

 

Keluarga/guru mengerti tindakan keperawatan yang diberikan

Guru mudah mengatasi anak

 

Pustaka :

James K: (1988). Disorders Problems Of The Child Health Nursing, Addison Wesley Publising Company. New York.

W.B. Sounders. Company. (1989). Family Centered Nursing Care of Children.