Anak Itu Raja, Pembantu dan Mentri

Siapakah anak kita? Jawabannya akan sulit sebab sangatlah sulit menggambarkan siapakah sosok anak kita secara detail dari multi dimensi sudut pandang.singkatnya,anak kita adalah manusia yang sedang tumbuh dan berkembang.berarti,agr mudah mengamati mereka selama fase pertumbuhan dan perkembangannya, maka akan lebih mudah dengan membagi fase tumbuh kembang menjadi 3 tahapan. Yaitu usia 0-7 tahun anak sebagai raja kecil, usia 7-14 tahun sebagai “pembantu”, usia 14-21 tahun sebagai mentri yang bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya.

Rosulullah Saw menjelaskan fase ruang lingkup sebagai, “biarkanlah anak-anak kalian bermain dalam 7 tahun pertama, kenudian didik dan bimbinglah ia dalam 7 tahun kedua, sedangkan 7 tahun berikutnya jadikan mereka bersama kalian musyawarah dan menjalankan tugas.” Cukup menarik konsep pendidikan anak yang diajarkan rosulullah Saw. Ternyata anak kita punya 3 status penting dalam kehidupannya. Raja sebagai status tertinggi. Jika kita merawat raja pasti kita harus tetap menghormati dan melayani segala kebutuhannya. Sebagai pengasuh kita tidak diperbolehkan membentak, memerintah,atau bahkan memukul raja. Karena Raja biasanya punya banyak hak atau ruang lingkup kewenangan akibatnya kita bisa saja “dipecat atau dihukum raja”.

Anak usia 0-7 tahun adalah raja kecil, yang ternyata punya ruang lingkup yang khas, yaitu bermain. Bukan berwenang sesungguhnya, yaitu memimpin pemerintahan, mengenakan mahkota di kepala, duduk disinggasana,membuat peraturan-peraturan, menarik pajak dari rakyat, bahkan sampai menjatuhkan hukuman bagi orang-orang yang dianggap bermasalah. Ternyata Raja yang dimaksud disini adalah Raja yang punya hak atau ruang lingkup bermain. Anak adalah raja yang punya kerajaan bermain.Status raja itu berakhir ketika anak memasuki 7 tahun kedua.

Status di 7 tahun kedua adalah “pembantu”. Dapat dibayangkan penurunan status yang drastis, dari Raja turun menjadi pembantu, yaitu seseorang yang patuh melakukan semua perintah Tuan. Bagaimana sesungguhnya Pembantu ini? Apa orangtua bisa seeanknya memberi perintah dengan pekerjaan yang berat? Kalau pembantu melakukan kesalahan langsung dimarahi? Sesuai konsep rosulullah status anak sebagai pembantu punya hak atau kewenangan dalam ruang lingkup “didik dan bimbing”. Artinya beri anak pendidikan dan arahan (bimbingan). Pendidikan lebih bermakna penanaman pengetahuan atau menanamkan isi kurikulum, sedangkan bimbingan adalah pengasuhan untuk membangun kepribadian pada jalan yang diinginkan. Dengan demikian pada 7 tahun kedua anak adalah “pembantu” yang harus mendapat pendidikan dan bimbingan.

Status ketiga adalah mentri, yang berarti terjadi peningkatan status kembali pada anak di fase 7 tahun ketiga. Mentri adalah jabatan terhormat, yang perannya penting dalam kehidupan bernegara. Keluarga adalah miniatur sebuah negara, bayangkan jika di dalam keluarga ada “mentri”, tentunya sangat membantu, bisa diajak diskusi, mengambil keputusan, membantu memecahkan masalah dalam keluarga. Anak kita yang berstatus Mentri punya hak dan ruang lingkup kewenangan musyawarah dan bersama menjalankan tugas atau kerja sama.

Tentunya dalam kehidupan berkeluarga banyak masalah komplek yang terjadi. Dalam status mentri, anak kita bisa jadi selalu membantu untuk menjadi decision maker, memberi sumbang asih pemikiran dan ikhlas membantu orangtuanbersama-sama menghadapi dinamika problem dalam keluarga. Kenyataan yang tidak dapat dimungkiri adalah dalam kehidupan keluarga terdapat siklus alami yang terjadi: orangtua berusia makin lanjut dan kembali kepada masa seorang bayi, yang tergantung pada pihak yang lain. Lalu saat usia orangtua sudah lanjut, secara alami anaklah yang membantu aktifitas orangtua dan permasalahannya.

Orangtua dimanapun pasti mengharapkan anak mereka menjadi manusia yang sukses dan berhasil saat dewasa. Kesuksesan tersebut dapat tercapai ketika anak berada pada tahap 7 tahun ketiga. Untuk menuju kondisi ideal tersebut tentunya pendekatan orangtua kepada anak harus berhasil  pada masa anak berada diusia 7 tahun kedua. Dan keberhasilan tersebut bisa disebabkan ketepatan pendekatan orangtua kepada anaknya pada masa 7 tahun pertama. Sebaliknya apabila 7 tahun pertama dilewati orangtua dengan cara yang salah, maka pada 7 tahun kedua orangtua akan mengalami banyak hambatan dalam berkomunikasi dengan anak, alhasil pada 7 tahun ketiga anak tumbuh menjadi pribadi yang kehilangan kepercayaan dan moral. Jangan sampai ini terjadi dalam keluarga kita.

Fenomena yang sering terjadi di 7 tahun pertama adalah orangtua yang kurang sabar menghadapi raja kecil, sang raja di bentak, dimarahi, bahkan dipukul ketika melakukan aktifitas yang dianggap sebagai nakal. Dampaknya ada di 7 tahun kedua, orangtua sulit berkomunikasi dengan anaknya, contoh,” tolong beliin mama gula di warung dong”, anak menjawab sambil main game”ah mama, lagi nanggung nih, asyik ngegame ma, kan mama bisa sendiri pergi ke warung”. Akhirnya terjadilah pertengkaran antara mama dengan anak. Kasus yang lain adalah ketika anak sudah selesai kuliah, bekerja dan berkeluarga, namun lupa dengan orangtuanya. Ini cuplikan pembicaraan antara anak yang sudah kerja tadi dengan ayahnya”papa maaf ya aq hari ini nggak sempat mampir ke rumah papa, jadwalku padet banget pa, kapan-kapan aja aku mampir kalo sempat ya? Oia aku nggak ninggalin papa uang ya soalnya bulan ini kan aku sudah beliin papa obat, biar nggak dobel-dobel pa.” Astaghfirullahaladzim..semoga ini tidak terjadi pada buah hati kita. Selalu bersemangat membawa perubahan buah hati, jadikan mereka manusia yang mulia.

 

Chatib munif. orangtuanya manusia.Bandung.2012

Ibrahim Amini. Anakmu AmanahNya.Jakarta.2006