Keseimbangan Cairan I: Perilaku Selular Untuk Memenuhi Kebutuhan Cairan Tubuh
Tubuh selalu menjaga volume maupun konsentrasi cairan agar homeostasis tidak terganggu. Masing-masing gangguan akan dideteksi dan di respon melalui jalur yang berbeda-beda. Dan manifestasi klinis yang timbul juga komplek .
Didalam plasma konsentrasi zat terlarut diatur dalam suatu “set point” rata-rata adalah 282 mmol/kg dengan toleransi + 1,8%. Bila ambang equilibrasi ini terlampaui, baik kelebihan maupun kekurangan maka system alarm tubuh akan mendeteksi dan mengaktifkan mekanisme pertahanan sehingga tubuh tetap dapat di pertahankan dalam kontinum keseimbangannya. Detektor osmoreseptor ini terletak di membran sel supraopticus, paraventricularis Hypothalamus dan mungkin di sel-sel sistem carotis. Jika osmolaritas melebih osmotik kritis maka ADH (anti diuretic hormone) disekresikan dengan cepat terutama bila kecepatan peningkatannya tinggi ( > 2%/jam). Misalnya olah raga berat yang banyak mengeluarkan keringat, aktifitas dibawah terik matahari dengan sedikit minum yang tidak sebanding dengan insensible water loose dan pengeluaran keringat, diare berat sampai menunjukan tanda dehidrasi. Selain peningkatan osmolaritas plasma, sekresi ADH juga dipengaruhi oleh penurunan volume plasma dan penurunan tekanan darah. Penurunan ini akan direspon oleh reseptor peka tekan ( Baroreceptor) yang terletak di sel atrium kiri dan sinus caroticus. Melalui jalur polisinap “penurunan regangan” pada baroresptor ini merupakan trigger factor nucleus supraoptikus dan paraventikularis hypothalamus untuk mensekresikan ADH .
ADH yang tersekresi ini akan berikatan dengan reseptor V2 di sel nonluminal (basolateral ) tubulus distal. Didalam sel inilah aktifitas biologi ADH dimulai dengan aktifasi adenilat siclase yang membentuk cAMP ( Cyclic Adenosin MonoPhosphat). cAMP mengaktifkan proteinkinase A yang kemudian memicu proses fosforilasi protein dengan hasil ekspresi gen. DNA mensistesis gugus nukleat sebagai codon / sandi yang di bawa oleh mRNA ke reticulum endoplasmic untuk disusunkan gugus nukleat sebagai anti codonnya. Protein yang disintesis ini adalah jenis aquaporin-2 yaitu famili protein yang membentuk saluran air. aquaporin-2 bermigrasi ke membran luminal sel tubulus membentuk pori sehingga air bebas ditubulus berdifusi keinterstitium space yang akhirnya masuk ke system peredaran kedarah. Perhatikan gambar berikut
Secara singkat bahwa ADH menyebabkan terjadinya reabsorbsi cairan intra tubular ke intra vascular dengan tujuan menurunkan osmolaritas cairan.
Jadi ketika haus yang terjadi adalah osmolaritas plasma meningkat karena konsentrasi zat terlarut meningkat sehingga tubuh akan menahan air agar tidak diekskresikan. Secara klinis tanda yang tampak adalah deuresis menurun, adanya perilaku usaha meningkatkan intake cairan,rasa haus bahkan disuria. Disuria terjadi karena tidak seimbangnya jumlah cairan dengan kalor yang harus dibuang. Perlu diketahui bahwa salah satu fungsi air dalam tubuh adalah mengatur suhu, dengan kata lain bahwa air adalah media pembuangan kalor dari tubuh. Oleh karena itu sensasi disuria lebih disebabkan mukosa urether merespon suhu cairan yang melewatinya tinggi.